Berindo.NET - Para penggemar otomotif tentu mengenal pabrikan mobil Italia "Lamborghini". Di tayangan-tayangan otomotif di TV maupun kanal-kanal Youtube, mobil ini selalu meraih popularitas tinggi, dan disandingkan (dipertandingkan) dengan mobil-mobil cepat lain seperti Buggati, McLaren, Ferrari, ataupun Nissan. Singkat cerita, selain Fiat dan Ferrari, Lamborghini adalah kebanggaan Italia yang mencerminkan karakter negeri tersebut yang menyukai keindahan dan kesempurnaan.
Lamborghini
|
Megatech inilah yang dimiliki oleh Hutomo Mandala Putra dan Setiawan Djody lewat kepemilikan saham 60%, dan sisanya dipegang sebuah perusahaan Malaysia, MyCom Berhad.
Setelah resmi memiliki Lamborghini, Djody langsung menunjuk Mike Kimberly sebagai presiden dan direktur pelaksana. Mendapat kepercayaan dan peran yang cukup vital di Lamborghini, ia pun langsung memutar otak dan yakin perusahaan tidak akan bertahan jika hanya membuat dua model. Mike pun menilai kalau Lamborghini harus menurunkan harga mobilnya agar terjangkau konsumen Amerika.
Sebelum menjalankan rencana strategisnya, Megatech meluncurkan sebuah kampanye pemasaran. Terbukti, kampanye itu berhasil meningkatkan penjualan sebesar 14 persen di AS dan 34 persen secara global pada 1995.
Pada masa itu, Lamborghini sedang mengembangkan Diablo, salah satu model sukses dalam jajaran merek asal Italia ini. Dua varian terkenal pada masa itu adalah SV yang menawarkan model dengan bobot ringan sekaligus bertenaga, serta VT Roadster model atap buka-tutup. Megatech sendiri saat itu membeli perusahaan Lamborghini dengan harga 40 juta dolar Amerika.
Tak cuma Diablo, sebuah sumber menunjukkan bahwa Setiawan Djody memperkenalkan model konsep lanjutan dari Lamborghini Japla, model sport dua pintu yang hadir sebelum model Gallardo. Sebelum "Japla II" terealisasi, Japla cukup terkenal, antara lain tampil di film Rocky IV (1985) ketika tokoh utamanya, Rocky (diperankan Sylvester Stallone), sedang mengendarai mobil tersebut.
Megatech pun pada masa yang sama memiliki pula perusahaan Vector, salah satu merek supercar Amerika yang cukup bergaung namanya pada masa itu, meski tidak berumur lama.
Usia Lamborghini di tangan dua pengusaha Indonesia ini berakhir pada 1998 ketika Indonesia mengalami krisis moneter. Lamborghini pun akhirnya beralih tangan ke VW-Audi hingga sekarang. (Sumber)
0 komentar